CEFTRIMET
Ceftriaxone merupakan antimikroba golongan sefalosporin yang memiliki spektrum antimikroba yang luas terhadap bakteri Gram positif dan Gram negatif termasuk bakteri anaerob dengan waktu paruh eliminasi dari plasma yang panjang sekitar 8 jam. Ceftriaxone stabil terhadap beta laktamase baik penisilinase maupun sefalosporin dari bakteri Gram positif dan Gram negatif.
Ceftriaxone memiliki efek bakterisidal melalui penghambatan sintesis dinding sel bakteri. Waktu paruh Ceftriaxone 8 jam, ± 60% diekskresi dalam bentuk aktif melalui urin (60%) dan sisanya melalui feses.
Farmakokinetik Ceftriaxone pada orang tua dan pasien dengan gangguan ginjal dan hati hanya sedikit berbeda dibandingkan dengan pasien dewasa sehat, karena itu dengan pemberian Ceftriaxone hingga 2 g/ hari tidak diperlukan penyesuaian dosis pada pasien-pasien tersebut.
Spektrum antibakteri Ceftriaxone meliputi sebagian besar bakteri Gram positif dan negatif dan bakteri anaerob dan aerob yang bermakna secara klinis, sebagai berikut:
Gram negatif aerob:
Acinetobacter calcoaceticus, Enterobacter aerogenes, Enterobacter cloacae, Escherichia coli, Haemophilus influenzae (termasuk strain yang menghasilkan ampicillin resistant & beta laktamase), Haemophilus parainfluenzae, Klebsiella oxytoca, Klebsiella pneumoniae, Moraxella catarrhalis (termasuk strain yang menghasilkan beta laktamase), Morganella morganii, Neisseria gonorrhoeae (termasuk strain yang menghasilkan penicilinase dan non penisilinase), Neisseria meningitidis, Proteus mirabilis, Proteus vulgaris, Serratia marcescens, Pseudomonas aeruginosa, Citrobacter diversus, Citrobacter freundii, Providencia species (termasuk Providencia rettgeri), Salmonella species (termasuk S.typhi), Shigella species.
Gram positif aerob:
Staphylococcus aureus (termasuk strain yang menghasilkan penicilinase), Staphylococcus epidermidis, Streptococcus pneumoniae, Streptococcus pyogenes, Viridans group streptococci, Streptococcus agalactiae.
Bakteri anerob :
Clostridium species, Peptostreptococcus species, Bacteroides bivius.
INDIKASI
Infeksi yang disebabkan oleh mikroorganisme yang sensitif terhadap Ceftriaxone:
- Pencegahan infeksi pada pra operatif
- Infeksi pada tulang, soft tissue dan kulit
- Sepsis meningitis
- Infeksi yang merusak mekanisme pertahanan
- Infeksi abdominal (peritonitis, infeksi jaringan dan saluran gastrointestinal)
- Infeksi ginjal dan saluran kemih
- Infeksi saluran pernapasan, partikular pneumonia dan telinga, hidung dan infeksi tenggorokan
- Infeksi genital termasuk gonorrhea.
CARA PEMBERIAN
Pemberian Intramuskular
Rekonstitusi Ceftriaxone dengan cairan yang sesuai. Setelah rekonstitusi tiap 1 mL larutan mengandung sekitar 250 mg sampai 350 mg Ceftriaxone, sesuai dengan jumlah cairan yang ditambahkan. Jika diperlukan, jumlah pelarut dapat ditambahkan.
Pemberian Intravena
Pemberian per i.v. bolus: Ceftriaxone 1 gram dilarutkan dalam 10 mL aqua pro injection kemudian diberikan melalui i.v. bolus dalam 2 – 4 menit.
- Sebelum pengobatan dengan Ceftriaxone, harus dilakukan tes hipersensitivitas terhadap sefalosporin dan penisilin.
- Ceftriaxone diekskresikan melalui empedu dan ginjal. Oleh karena itu pada penderita dengan gangguan fungsi ginjal perlu dilakukan pemantauan kadar obat dalam serum. Jika terjadi akumulasi, dosis sebaiknya diturunkan.
- Tidak diperlukan penyesuaian dosis pada penderita gangguan fungsi hati, tetapi pada pasien dengan gangguan fungsi hati dan ginjal yang parah maka dosis Ceftriaxone sebaiknya tidak melebihi 2 g/ hari tanpa pemantauan konsentrasi dalam serum.
- Hati – hati penggunaan pada penderita dengan riwayat penyakit gastrointestinal terutama kolitis.
- Penggunaan pada penderita gangguan sintesis vitamin K atau asupan vitamin K rendah (misalnya pada penyakit hati kronik dan malnutrisi) maka sebaiknya dilakukan pemantauan waktu protrombin.
- Penggunaan dalam jangka panjang dapat mengakibatkan tumbuhnya mikroorganisme yang tidak sensitif. Bila terjadi superinfeksi, hentikan segera penggunaan dan ganti dengan terapi yang sesuai.
- Pseudomembran kolitis telah dilaporkan pada penggunaan antibiotik (termasuk Ceftriaxone) karena itu diagnosis perlu dipertimbangkan kembali bila timbul diare pada penggunaan antibiotik jenis ini.
- Penggunaan pada wanita hamil hanya bila benar – benar diperlukan.
- Jangan digunakan pada wanita menyusui, karena Ceftriaxone diekskresikan ke dalam ASI.
- Lokal: nyeri pada tempat suntikan, indurasi, sakit reaksi dapat timbul setelah intravena.
- Reaksi hipersensitivitas: rash, pruritus.
- Hematologi: eosinofilia, leukopenia hemolitik, trombositosis.
- Saluran pencernaan: diare, mual, muntah, dysgeusia.
- Hepatik: peningkatan SGOT, SGPT, fosfatase alkali, bilirubin.
- Ginjal: kenaikan BUN.
- CNS: sakit kepala, pusing.
- Genitourinary: moniliasis, vaginitis.
- Miscellaneous: diaforesis, berkeringat.
- Lain – lain : leukositosis, limfositosis, monositosis, basofilia, penurunan waktu protrombin, Jaundice, gallbladder sludge, glikosuria, hematuria, anafilaksis, bronkospasme, serum sickness, sakit perut, kolitis, kembung, dispepsia, palpitasi, epistaksis, biliary lithiasis, agranulositosis, renal precipitation dan nefrolitiasis.
- Obat loop diuretik dapat meningkatkan risiko nefrotoksisitas.
- Uricosuric – probenecid menurunkan ekskresi Ceftriaxone.
- Dapat meningkatkan efek antikoagulan dari warfarin.
- Vancomycin dan fluconazole incompatible secara fisik dengan Ceftriaxone.
- Penelitian secara in vitro menyebutkan bahwa aktivitas antibakteri Ceftriaxone dan aminoglikosida (amikasin, gentamisin, tobramisin) bersifat aditif atau sinergis terhadap beberapa strain Enterobacter dan beberapa strain Pseudomonas aeruginosa.
- Pelarut yang mengandung kalsium, (misalnya Ringer’s solution atau Hartmann’s solution), tidak boleh digunakan untuk melarutkan Ceftriaxone atau diberikan secara bersamaan pada penggunaan IV karena dapat menyebabkan terbentuknya endapan kalsium – Ceftriaxone.
Simpan pada suhu di bawah 30 OC, dan terlindung dari cahaya.
Larutan terkonstitusi stabil selama 6 jam di bawah 30 OC
KEMASAN
Dus, vial @ 1 g